Sunday, January 18, 2009

SD 1993-1998

Zaman ketika diri tidak terlalu dirisaukan oleh problema, ketika riak tawa senang masih sering menghinggap di hati. sungguhpun sebuah kenangan, masih ingat saya pada jamannya. ketika saya bermutasi ke sekolah yang lbh dekat dari rumah. dekat sekali, bahkan apabila bel berbunyi pukul 7.00 dan saya berangkat dari rumah pukul 7.15, saya masih belum terlambat. perkenalan cukuplah menjadi catatan menarik. meski sudah lebih dari 10thn tapi masih tetap membekas di memori otak yang berukuran 3128 GB dan berjenis data FAT32 ini. kira-kira peristiwa ini terjadi pada tahun 1479. "eh ko, knp pindah ke SD ini?" teman baru saya bertanya, "oo..gpp, biar deket aja sama rumah.." jawab saya, "emng rumah kmu dimana?" "itu pas belokan yang deket mesjid." "eh, rumah anjing itu?" "hah??" "iya, rumah yg ada anjingnya.." "hooh.." "wah anying gelo..anjing kmu tuh sering ngejar2 kita tauk!" "oh..punten atuh..atas nama anjing saya, saya minta maap!" "dimaafkan! mari kita berteman.." Sekilas dialog perkenalan yang merupakan awal dari sebuah petualangan anak ingusan. petualangan konvoi sepeda bersama-sama, petualangan dikejar anjing ketika konvoi sepeda bersama-sama, dan ironisnya itu anjing saya sendiri. anjing yang kesalahannya sudah dimaafkan oleh teman-teman saya ternyata mengulangi lagi kesalahannya. teman-teman menyalahkan saya karena saya takut sama anjing saya sendiri. tapi saya membela diri dengan alasan saya tidak kenal dekat sama anjing saya. cuma hafal muka. Petualangan menjelajahi sawah demi mencari sepetak rumput untuk bermain bola. lumpur dan lintah bahkan menjadi kawan karib kami berpetualang, walau hujan dan petir bersahutan datang menemani kami yang sedang bermain bola di lapangan terbuka tanpa ada benda yang lebih tinggi menjaga kami. kami tetap tidak perduli, tetap bermain, tetap tertawa, tetap bahagia. kita berpikiran bahwa kesambar petir mungkin hanya akan berdampak gatal-gatal dan susah buang air besar. Juga petualangan mencoba sesuatu yang baru, bahan-bahan alami yang disediakan ibu pertiwi dan disimpan di tanah air kita. ketika kelompok kami dengan sepeda andalannya masing-masing bertemu di rumah teman saya yang kecil. tapi besar. ngerti ga? maksudnya teman sayanya kecil, rumahnya besar. "hah? ngapain bawa kantong plastik?" tanya saya, "buat nangkepin capung sama belalang.." teman saya menjawab, "buat apa?" "dimasak..jadi cemilan.." "emang enak?" "katanya mah enak..digoreng dulu trus nih pake bumbu indomie!" "nanti kalau keracunan gimana? saya takut meninggal.." "ga akanlah! kita kan masih kecil, belum waktunya!" Berangkatlah kami semua para laskar pelangi abad 14 ke areal persawahan yang belum pernah terjamah oleh semua manusia kecuali petani. tangkap capung. tangkap belalang. tangkap capung. tangkap belalang. tangkap capung. tangkap babi. eh tapi babi kami lepaskan karena haram. hanya berbekalkan kompor mungil dari kaleng susu. asli, kita buat itu sendiri. kami menggunakan tutup kaleng tersebut sebagai wajannya. belalang cabuti kakinya, capung cabuti sayapnya. supaya ketika digoreng mereka tidak kabur. setelah berwarna cokelat matang, angkat lalu tanpa ditiriskan kami taburi bumbu indomie. nikmati selagi panas. supaya rasa aslinya hilang. Oohh kawan, sungguh kepolosan yang indah, sungguh ketulusan berbagi tanpa meminta, sungguhpun persahabatan tanpa syarat. kemanakah kalian teman? sudahkah kalian tau bahwa si meong, anjing saya yang suka mengejar kalian itu sudah mati? sudahkah kalian tahu bahwa petir itu ternyata sangat berbahaya? dan apakah kalian masih tetap tahu dan menjunjung tinggi bahwa babi itu haram? si ican. teman kita ican yang ikut memasak belalang itu, yang jago bahasa inggris itu, sekarang sudah menjadi koki dia. koki di U.S. masih ingatkah dia gurihnya capung dan belalang itu? masih ingatkah dia bagaimana asinnya bumbu indomie? semoga saja dia masih ingat. begitu pun dengan kalian teman. begitu juga dengan saya.

Sunday, January 4, 2009

Tahukah kamu sayang..

Ketika kamu datang membuka pintu sebuah kedai kopi, kopi itu hanyalah sebuah biji tak bertuan! ketika kursi kayu itu kamu duduki, pria hanyalah sesosok budak nafsu tak berotak! ketika cangkir yang kamu pesan datang, aku hanyalah seorang pengamat yg duduk tepat di belakang kursimu! ketika mata bertemu pandangan beradu, diri ini hanyalah sebuah firasat yang memberanikan untuk duduk di sampingmu! ketika tangan menyalami satu sama lain, nama ini hanyalah barisan kata yg keluar dari mulutku! ketika tubuh ini bertengger tepat di sampingmu, pria lain hanyalah mahluk pengumpat yang hobi berkeluh kesah! ketika bibirmu berucap lucu, telinga ini hanyalah organ yang bekerja lebih keras ditemani hati yang mencerna! ketika gelak tawa menyertai, air mata hanyalah sebuah tanda bahagia yang berlebihan! ketika rasa canggung sirna tak berbekas, rasa nyaman hanyalah satu rasa yang mendominasi udara sekitar! namun sayang.. ketika mulut ini bergerak sesuai giliran, pandanganmu hanyalah pandangan kosong tak bermakna! ketika satu kalimat terucap dariku, mulutmu hanyalah produsen yang memproduksi kalimat 5 kali lebih banyak dari kalimatku! ketika cerita saling bertukar pemilik, dirimu hanyalah seorang yang tidak mau membeli ceritaku! ketika egosentris mulai terkuak, ragamu hanyalah sebuah aksesoris indah tak bernilai! ketika sebuah topik kulemparkan, daya tangkapmu hanyalah sebuah daya yang tidak sigap menangkap! ketika topik lain kulemparkan lebih rendah, daya tangkapmu hanyalah daya yang masih juga tidak bisa menangkap! ketika kali ini kuluncurkan bukan kulempar, kamu hanyalah keledai yang selalu mengulang lagi kesalahannya! ketika kopi dalam cangkir ini kuminum habis, tanganmu hanyalah tangan yang menaruh rokok ke mulutmu lalu menyundutnya! ketika jasadku pergi, dirimu hanyalah seorang wanita yang tengah merokok di pelataran kedai kopi! tahukah kamu sayang.. ketika dirimu berucap, otak hanyalah sebuah pelengkap bagi tengkorak yang kosong! ketika intelejensi berbicara, rupa hanyalah seonggok tahi kucing hangat!